Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

Batik di Afrika

(seperti dipaparkan pada Pameran Love, Hope and Peace  Gedung Merdeka, Bandung 1-31 Mei, 2011) Ada beragam tekstil batik di berbagai belahan Afrika, tetapi teknik membatik yang paling maju dapat ditemukan di Nigeria dimana orang-orang Yoruba membuat kain ‘Adire’ . Ada dua metode pewarnaan dengan lilin yang digunakan. ‘Adire eleso’ yang memakai teknik ikat dan jahit serta ‘adire eleko’ yang menggunakan gumpalan pati. Gumpalan ini biasanya terbuat dari tepung tapioka, beras, tawas atau tembaga sulfat yang dididihkan bersama dan menghasilkan gumpalan yang tebal dan halus. Suku Yoruba di Afrika Barat menggunakan gumpalan pati ini sebagai lapisan pelindung warna, sementara masyarakat Senegal menggunakan gumpalan beras. Gumpalan-gumpalan ini digunakan dalam dua cara yang berbeda. Sketsa digambar dengan stensil logam tipis yang fleksibel  atau perangkat yang terbuat dari kayu. Alat ini memungkinkan terbentuknya pola berulang yang akurat. Hal

Menghias Telur seperti Membatik

Pysanky, Ukraina (seperti dipaparkan pada Pameran Love, Hope and Peace Gedung Merdeka, Bandung 1-31 Mei, 2011) Tradisi membuat Pysanky , telur hias, di Ukraina dapat ditelusuri sampai masa ribuan tahun sebelum Kristus. Kala itu, telur merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan musim semi. Berbagai teknik, desain dan warna yang digunakan untuk menghias telur memiliki makna simbolis. Misalnya kuda dan rusa (symbol kekuatan), burung (kebahagian), dan garis yang tidak berakhir (keabadian). Dengan masuknya agama Kristen, beberapa simbol baru dari tradisi Kristen, seperti ikan ditambahkan. Di Ukraina tengah, warna yang dominan untuk menghias telur adalah hitam dan merah. Sementara itu di sebelah barat Pegunungan Carpathian warna-warnanya lebih hangat: hijau, oranye, kuning, dan coklat. Secara tradisional, kebanyakan pewarna alam diperoleh dari tanaman lokal dan beberapa zat anorganik. Saat ini kebanyakan seniman menggunakan  pewarn

Batik di China

(seperti dipaparkan pada Pameran Love, Hope and Peace Gedung Merdeka, Bandung 1-31 Mei, 2011) China memiliki sejarah yang panjang tentang pembuatan batik dimulai dari abad ke-6   sampai ditemukan   batik yang dikerjakan oleh suku etnik Provinsi Guizhou di Barat Daya China. Suku Miao, Bouyei dan Geija menggunakan metode pencelupan yang berbeda dengan suku etnik . Ada juga beberapa metode yang berbeda di suku minoritas Miao . Suku Miao menekankan kekhasan batik pada kostum mereka, yang terbuat dari kain hias yang   mereka buat dengan pola tenun dan malam pelindung. Hampir seluruh suku Miao, menghias pergelangan baju dan kain katun (bukan sutra) dengan malam panas yang kemudian dicelupkan ke dalam pewarna berwarna nila. Kain tersebut untuk rok, hiasan pada jaket, celemek dan gendongan bayi. Warna nila banyak digunakan sebagai warna dasar kain di seluruh Guizhou untuk menghasilkan warna biru gelap. Perekat dibuat dari hasil tanaman yang t

Iwan Tirta, Maestro Batik Indonesia

Gambar
Kiprah Iwan Tirta yang disampaikan berikut bersumber dari buku karyanya 'Batik Sebuah Lakon', penerbit Gaya Favorit Press, 2009 Motif Singo pada Keramik dan Kain Panjang Iwan Tirta lahir di Blora, Jawa Tengah, 18 April '53 dari Ibu bernama Rahma Saleh yang berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Ibunya sempat bersekolah di STOVIA, sekolah kedokteran selama 2 tahun, satu-satunya wanita yang bersekolah di STOVIA saat itu. Sayangnya dengan praktik anatomi yang menggunakan jasad manusia membuatnya tidak nyaman hingga mengagalkan niatnya menjadi dokter. Ayahnya, Mohamaad Husein Tirtaamidjaja berasal dari Purwarkarta, Jawa Barat yang sempat menjabat Hakim Karisidenan. Karir beliau terakhir menjadi Hakim Agung Republik Indonesia. Iwan Tirta kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (1953-1958), London School of Oriental & African Studies, London University (1959-1961), & dilanjutkan ke Yale University, USA 1964-19

Go Tik Swan, Maestro Batik Indonesia

Gambar
Go Tik Swan (Panembahan Hardjonagoro) Motif Terang Bulan - Kumudawati Go Tik Swan adalah   tokoh penentu dalam evolusi batik. Kain batik Jawa digubahnya dengan kombinasi corak daerah lain nusantara menjadi   batik yang berkarakter  dengan tetap mempertahankan pakem-pakem corak batik tradisional yang diberikan sentuhan ajaibnya hingga dapat dikatakan mewakili corak Batik Indonesia. Go Tik Swan dapat dengan sangat baik mengemban permintaan mulia Presiden Soekarno saat itu untuk membuat batik berciri khas Indonesia, “Djon, kamu kan berasal dari keluarga batik. Tolong buatkan kain batik yang tidak beridentitas lokal seperti batik Yogya atau Solo atau Pekalongan atau Lasem, tetapi batik Indonesia” Go Tik Swan lahir pada 11 Mei 1931 dari keluarga yang sudah menekuni usaha pembatikan di Solo. Dibesarkan dengan tradisi Jawa yang kental, Mas Go, begitu sapaan akrabnya, mendapat pengaruh dari kakeknya, seorang pengusaha batik di Solo. Bermain ber

Pameran Adiwastra Nusantara 2011

Gambar
Pameran Kain Traditional Unggulan Indonesia Pameran yang tahun ini menginjak tahun ke-4 mengusung tema 'Kreasi Tanpa Batas dalam Serat dan Corak' Pameran kali ini mengetengahkan koleksi Batik Pesisir dari pemilik perusahaan batik Kencana Ungu, Hartono Sumarsono yang disertai dengan penjualan buku nya yang berjudul 'Batik Pesisir Pusaka Indonesia'. Buku yang sangat baik dan rinci disertai dengan foto-foto detail fotografer Senior Arbain Rambey menonjolkan keindahan Batik Pesisir. Batik Pesisir sesuai dengan namanya yang merupakan tempat peleburan kebudayaan antara lokal dan pendatang menambah corak dan ragam juga warna-warna yang sangat variatif dibandingkan corak/ragam batik keraton Yogyakarta/Surakarta. Pada pameran ini diketengahkan pengaruh Belanda pada akhir abad 18an yang kental pengaruhnya pada batik Pekalongan, dimana batik Nusantara mencapai masa keemasannya dengan banyaknya produk yang dilempar ke Belanda. Pemilik pembatikan di Pekalongan saat itu juga