Motif

Ragam Hias Batik pada Upacara Peresmian Dua Hati - Jogja

Melihat pernikahan Keluarga Kerajaan-Putri HB X, GKR Bendara & KPH Yudanegara, menyaksikan langsung ketika budaya dilestarikan lewat upacara-upacara yang masih memegang adat yang terasa sakral. Menarik melihat corak-corak kain batik digunakan dalam upacara tersebut, dan @batikIDku berterimakasih pada Paguyuban Pencinta Batik Indonesia Sekar Jagad yang berbagi informasi atas tradisi ini dan memberikan akses seluasnya untuk disebarkan. 

Bersatunya dua hati walau di jaman ini, apabila ingin disakralkan lewat upacara adat yang sudah turun temurun maka pemakaian batik dalam prosesi upacara peresmiannya adalah sebagai berikut:

Diawali dengan acara melamar, keluarga laki-laki mengenakan kain batik bermotif Parang yang melambangkan ketajaman rasa dan pikiran.
Motif Parang


Selain motif Parang, bisa juga digunakan kain batik bermotif Semen Latar Putih yang melambangkan bersatunya Kebaikan:
Motif Semen Latar Putih - Jogja
Apabila lamaran diterima, maka dilanjutkan dengan acara Peningsetan yaitu meresmikan ikatan calon suami istri ini yang dalam upacaranya, Calon Pengantin Pria menggunakan kain batik bermotif Satrio Manah yang berarti telah menentukan pilihan hatinya.

Motif Satrio Manah
Sementara Calon Pengantin Putri pada upacara Peningsetan ini menggunakan kain batik bermotif Semen/Kudo Rante yang artinya sudah terikat.
Motif Semen/Kudo Rante
Apabila ingin menggunakan upacara yang lengkap dalam prosesi pernikahan, 1 hari sebelumnya diawali dengan upacara siraman dengan motif kain batik yang digunakan adalah Wahyu Temurun, Cakar atau Gerompol seperti terlihat pada gambar berikut:
Motif Nitik Cakar
Motif Gerompol

Setelah upacara siraman, malamnya dilanjutkan dengan upacara Midodareni. Dalam upacara ini makan Calon Pengantin Pria tidak diperbolehkan bertemu dengan Calon Pengantin Putri/Wanita dengan maksud agar pada saat Pernikahan rasa rindu keduanya memperat menyatunya dua hati ini. Dalam upacara midodareni motif kain batik yang digunakan adalah: Semen Rama, Satria Wibawa, Truntum dan Wahyu Temurun :

Motif Semen Rama - Jogja

Motif Truntum pada latar belakang, ditambah Motif Besar Peksi
Akhirnya pada upacara Akad Nikah dan Panggih, pasangan diresmikan dalam balutan kain batik bermotif Sido Asih, Sido Mukti, Sido Mulyo atau Sido Luhur.
Motif Sido Asih - Jogja
Motif Sido Mukti - Jogja




Ragam Hias Batik Yogya Solo-Sri Soedewi Samsi


Selain kembali ramai menerima kepulangan para perantau, Yogya & Solo dipadati para turis yang mengisi liburan. Batik pasti kembali diburu!

Sapa yang tahu pasti motif batik khas Yogya dan Solo? Kalo bawa oleh-oleh batik dari Yogya/Solo tapi motifnya Cirebon/Pekalongan nahlo!

Almarhumah Ibu Sri Soedewi Samsi keluar masuk desa mengumpulkan motif tradisional Yogya/Solo yang disalin dlm gbr siap dijiplak.

Kita ikuti kilas Ragam Hias batik Yogya/Solo yang diambil dari buku Teknik dan Ragam Hias Batik Yogya & Solo dalam twit serial berikut:

1 Ragam hias batik Yogya & Solo dibagi menjadi motif geometris dan motif non geometris

2 Motif geometris terdiri dari motif Ceplok, Kawung (ceplok dg bentuk khusus), Lereng, Parang, Nitik

3 Motif non geometris : Motif lung-lungan atau Semen, Pagersari, Wayang dan kelompok khusus motif Taplak meja

4 Jangan tertukar membedakan motif dengan isen-isen. Isen-isen adalah motif pengisi baik pengisi Motif Utama atau pengisi latar belakang batik.

5 Motif geometris Ceplok adalah pola berulang bidang-bidang dr pertemuan 2 garis yang pembagiannya sama dalam kain batik.

6 Motif Ceplok bisa terdiri dari Ceplok Bunga apabila motif utamanya Bunga, Ceplok Garuda bila Garuda muncul teratur pada bidang  berulang

7 Motif Ceplok yang popular adalah Sidhomukti, Sidhoasih, Sidhomulyo

8 Motif Ceplok yang khas dan banyak pengembangannya adalah Kawung, hingga dikelompokkan tersendiri.

9 Motif Lereng adalah motif batik yang disusun sepanjang garis miring pada kain panjang batik

10 Motif Lereng yang terkenal adalah Udan Liris (seperti hujan gerimis) melambangkan rejeki yang tak lansung ruah tp tak habis

11 Motif Lereng yang khusus adalah Parang dengan ciri khas terdapat ‘mlinjon’ pada pembatas antar bidang yang diisi Motif Utama

12 Motif Nitik adalah pola batik yang meniru gambar tenun, dibentuk dari titik dan garis pendek adaptasi dari kain patola India

13 Contoh batik Nitik : Nitik Kartika (hal 357)

14 Contoh batik Nitik : Nitik Sekar Polong (hal 384)

15 Motif non geometris Lung-lungan yang di dalamnya termasuk kelompok Semen yang berasal dr kata semi

16 Semi direpresentasikan dengan tunas, daun, bunga dan sulur/tangkai

17 Sementara lung-lungan artinya adalah tunas, ranting, daun, bunga dari tumbuhan menjalar.

18 Motif Sawat/Lar sering muncul menjadi motif ceplok pada motif lung-lungan atau semen. Sawat : gbr sayap ki/ka dgn ekor

19 Lar adalah gambar sayap tanpa ekor.

20 Contoh motif lung-lungan dan Semen : Cuwiri Solo

21 Contoh motif lung-lungan dan Semen : Debyah/Gedebyah dengan ciri motif seperti pohon kelapa (tengah)



Motif Batik Karya Panembahan Hardjonagoro/Go Tik Swan
(Pameran Sawunggaling, 1-25 Juni 2011, Museum Batik Jakarta)

Variasi motif Slobok
Slobok Jamangan latar putih
Kata Slobok mengandung konotasi kesuburan/fertilitas karenanya yang juga berarti kelangsungan dan kekekalan. Pola ini merupakan favorit dari Go Tik Swan. Banyak Variasi dibuat dari motif ini baik sebagai motif utama ataupun motif  'isen-isen atau lataran' yang dimaksudkan adalah motif pengisi sebagai latar belakang atas motif utama lainnya.
Versi paling sederhananya adalah Slobok Sekar Asem yang terdiri dari segiempat yang yang dibagi menjadi segitiga sehingga menampilkan bentuk permata dari persilangan di tengah segiempat tersebut.


Versi paling rumitnya ditemukan pada Slobok Jamangan (Jamang = Mahkota), yang memeliki komponen utama tetap segiempat dari berbagai ukuran yang juga mengandung segitiga dengan sisi bergerigi seperti pada mahkota. Mahkota melambangkan Kehormatan.

Slobok Jamangan dalam warna hitam dan latar putih didesain untuk kain batik pernikahan Putri dari Pejabat Tinggi/Bangsawan dari Solo


Sawunggaling latar biru
 Sawunggaling menggambarkan 'Sabung Ayam' yang di Bali ditujukan untuk pertumpahan darah ke bumi dengan maksud untuk memurnikan Pulau Bali dari Roh Jahat.

Go Tik Swan tersinspirasi dengan konsep spiritual dari Sabung Ayam, cantiknya bulu-bulu yang beterbangan . Ia juga terpana dengan bahan bawahan yang dimiliki oleh Gusti Djelantik dari Karangasem di Bali yang bermotif Burung indah dengan dedaunan keemasan dan latar warna merah yang dilihatnya saat bermeditasi dengan Gusti Djelantik.

Sawunggaling latar putih
Kemudian dia kembali dan menulis pada harian Van der Hoop's di tahun 1949 tentang 'Desain Ornamental asal Indonesia'. Untuk menyempurnakannya Go membawa ide ini ke ahli gambar dan pembuat wayang dari Keraton Susuhunan di Solo bernama Bei Atmosupomo.

Burung kemudian berganti bukan lagi ayam tetapi menjadi Burung Khayal dengan Bulu panjang yang sangat indah seperti penggabungan antara Merak dan Elang.


Radite Puspita
 Motif/Corak ini didominasi oleh Bunga Matahari, dikelilingi sulur pohon anggur dan Kupu-kupu besar di tiap sudutnya.
Raditya Kusuma adalah nama dari Putra Mahkota Mangkunegaran yang meninggal secara tragis dalam kecelakaan mobil di bulan Oktober 1977.
Batik pertama Go Tik Swan yang bercorak Radite Puspita baru saja selesai pada saat kedukaan dari keluarga Mangkunegaran sehingga akhirnya batik ini didedikasikan untuk Putra Mahkota Raditya.

Parang Rusang Seling Kembang Kenikir
Dalam pengukuhan 8 windu Sri Susuhunan Paku Buwana XII, Go Tik Swan mendesain corak 'Lereng' mengawinkan parang rusak dengan corak skematik dari Bunga Cosmoa/Kenikir (sejenis  bunga aster).

Dari tulisan tangan pada batik ini, corak ini didedikasikan untuk 'Sri Susuhunan Pakoe Boewono XII  21-Pasa-Dal 1919" (hari ke 21, bulan Pasa, tahun 1919). Tidak diketahui berapa copy dibuat atas corak ini.


Kawung Latar Coklat

Motif Kawung sebenarnya juga termasuk dalam motif 'ceplok'  tapi lebih sederhana  karena konon mempertahankan bentuk penampang buah kawung/aren. Keempat bagian buah dan intinya melambangkan 5 arah utama (penjuru) dalam agama Buddha.





 
Kawung Cakra/Kawung Ratna Dumilah
Pada Kawung Cakra/Kawung Ratna Dumilah, walaupun terlihat sangat fashionable tetapi mengandung sarat makna : memadukan kombinasi cakra yaitu roda pemutar dari pengaruh Buddha atau pada Hindu disebut swastika dan corak kawung. Huruf yang ada melambangkan pusat kekuatan di tengah. Ratna Dumilah adalah Jendral Perang Mataram yang legendaris, seorang wanita pertama yang mencapai posisi penting tersebut.





Postingan populer dari blog ini

Sepotong Cerita Indonesia

Gebrakan Generasi ke-3 Oey Soe Tjoen

Pengumuman Finalis Lomba Desain Batik HUT RI ke-66