Gebrakan Generasi ke-3 Oey Soe Tjoen
Dalam dunia sejarah perkembangan batik di Indonesia, nama Oey Soe Tjoen memegang peranan sangat besar. Batiknya yang sangat halus, desain yang hidup dan pengerjaan yang ekstra telaten mengharumkan batik Pekalongan dan menjadi kategori incaran kolektor batik pesisiran. Batik Oey Soe Tjoen seharusnya menjadi koleksi wajib Museum Batik di Indonesia. Tidak ada diskusi tentang batik pesisiran Indonesia yang tidak memperhitungkan namanya begitu juga tidak ada buku tentang batik Pesisiran yang tidak menyebutkan ketenaran batiknya.
Untuk para kolektor batik, memiliki koleksi batik Oey Soe Tjoen merupakan salah satu tujuan pamungkas. Sama halnya dengan anda yang antusias dengan batik, melihat batik Oey Soe Tjoen dipamerkan di museum, membuat decak kagum tak berhenti berkumandang. Desain motif batiknya yang terkenal adalah motif buketan yang dipengaruhi gaya Belanda, motif Merak, Kupu dan gaya batik Jawa Hokokai. Motif utamanya terkenal dengan gradasi warna hingga tampak sangat hidup. Padahal untuk menampilkan efek itu, motif tersebut memerlukan pengerjaan sampai 3 kali pelekatan malam. Motif isen-isennya sangat rapat dan halus. Bayangkan menggambar dengan pena rotring bernomor 0.1 dan memang canting yang digunakan oleh pembatikan Oey Soe Tjoen seukuran dengan itu.
Halusnya pengerjaan batik dari canting 01 Pembatikan Oey Soe Tjoen |
Widianti yang lahir di Pekalongan tanggal 23 November 1976 ini menjelaskan perbedaan tanda tangan nama Oey Soe Tjoen dari era generasi pertama, generasi ke-dua dan saat dipegangnya sendiri. Karena batik Oey Soe Tjoen menjadi incaran para kolektor, maka beredar pula batik-batik palsu yang diberi nama Oey Soe Tjoen. Widianti dapat mengetahui mana yang asli buatan keluarganya ataupun yang palsu, tidak hanya dari tanda tangan tapi juga kehalusan pengerjaan batik tersebut.
Oma Widianti, Kwee Tjoen Giok Nio pernah membubuhkan namanya sendiri yang terkenal dengan Kwee Netty (panggilan Belandanya), tetapi ternyata penjualan tidak sebaik apabila berlabel Oey Soe Tjoen. Sampai saat ini masih saja beredar batik-batik palsu yang mencantumkan nama ‘Netty Kwee’ bukan ‘Kwee Netty’. Nama tenar keluarga yang pembatikannya berada di Jalan Kedungwuni ini masih saja dikutip untuk keuntungan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti dituturkan Widianti, lulusan Universitas Atmajaya Yogyakarta angkatan 1994. Masa SD dan SMP Widianti dihabiskan di Pius Pekalongan yang kemudian dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Pekalongan.
Menurut Widianti, pada masa jayanya, Opa dan Oma bisa memiliki 100 an karyawan, yang pada masa ayah dan ibunya berkurang menjadi 40 orang, dan kini dibawah pimpinannya, tinggal 15 orang. Widianti menjelaskan bahwa dirinya hanya bisa mempertahankan yang terbaik yaitu pembatiknya yang konsisten dalam menjaga mutunya. Dalam setahun hanya bisa memproduksi 20 batik. Kini batik Oey Soe Tjoen dibawah pimpinannya, hanya bisa dipesan (tidak tersedia stok jadi) dan memerlukan waktu 2 tahun. Hanya pemesan serius yang telah memberikan DP kira-kira 20% yang akan dikerjakan batiknya.
Menurut Widianti, pada masa jayanya, Opa dan Oma bisa memiliki 100 an karyawan, yang pada masa ayah dan ibunya berkurang menjadi 40 orang, dan kini dibawah pimpinannya, tinggal 15 orang. Widianti menjelaskan bahwa dirinya hanya bisa mempertahankan yang terbaik yaitu pembatiknya yang konsisten dalam menjaga mutunya. Dalam setahun hanya bisa memproduksi 20 batik. Kini batik Oey Soe Tjoen dibawah pimpinannya, hanya bisa dipesan (tidak tersedia stok jadi) dan memerlukan waktu 2 tahun. Hanya pemesan serius yang telah memberikan DP kira-kira 20% yang akan dikerjakan batiknya.
Karya Widianti Widjaja yang menyabet posisi ke-2 Lomba Design Batik di Pekalongan |
Ibu berputera 2 ini mengaku meneruskan bisnis keluarganya sebagai prioritas ke-tiga dalam menjalankan hidupnya setelah suami dan anak-anaknya. Ayahnya meninggal mendadak karena kanker hati, tetapi seperti yang diceritakannya rupanya ayahnya pelan-pelan telah membekalinya ilmu untuk meneruskan pembatikan ini. Saat itu dengan rasa terpaksa Widianti meneruskan pembatikan Oey Soe Tjoen. Walaupun terpaksa, beberapa kreasi adaptasi dari motif Omanya lahir juga seperti motif Merak Manten. Caranya melahirkan adaptasi baru dari motif Omanya adalah dengan menggelar semua variasi motif yang pernah didesain Omanya dan dengan permintaan pemesan, maka diambilnya motif yang berukuran sesuai permintaan dan diadaptasinya motif tersebut untuk dikombinasikan dengan motif lain, disempurnakan dalam tata letak dan pemilihan warna dan isen-isen untuk memenuhi keinginan pemesan.
Karya Widianti yang belum diselesaikannya tentang Kisah Yesus |
Tidak terasa 4 jam sudah kami berbincang. Obrolan yang sangat kaya terlebih membanggakan dari Widianti Widjaja, membuat @batikIDku menantikan datangnya bulan Oktober, bulan yang akan mengungkap Gebrakan Generasi ke-3 Pembatikan Legendaris Oey Soe Tjoen. Nantikan motif brilian dari Widianti Widjaja (Oey Kim Lian) tokoh Estafet Canting Menembus Waktu yang secara eksklusif akan diulas kembali di postingan mendatang @batikIDku.
Komentar
Posting Komentar