Bingkisan Kecil untuk Estafet Canting Menembus Waktu

Perjalanan di pagi buta berkejaran dengan naiknya mentari membawa kami ke hamparan padi menguning di kiri kanan jalan. Suara krang-kring bel sepeda mendampingi laju mobil kami. Sinar mentari memantul membuat sawah kuning tampil keemasan. Bantul yang sejuk menambah sejuk damainya hati kami. Pengalaman desa sesaat begitu ejekan teman-teman atas eforia perasaan kami ini selalu menimbulkan kerinduan dan sensasi yang menyenangkan.



 Begitu mendengar suara arus sungai, kami tahu tak lama lagi akan mencapai perempatan cantik dan sekolah itu akan tampak seperti sengaja dibangun di tengah sawah.. Pemandangan yang selalu mencuri nafas kami. Perempatannya saja sudah indah, pagi ini bertambah istimewa hanya dengan parkirnya sepeda onthel di salah satu ruas jalan perempatan itu...


Krang kring bel sepeda bertambah keras, rupanya gerombolan anak-anak berseragam putih merah, minta jalan untuk menuju sekolah mereka di tengah sawah tersebut.. Kami tersenyum.. Itulah anak-anak yang bersekolah di SD Kedungmiri, Imogiri-Bantul yang dibangun kembali ketika tinggal puing-puing akibat gempa yang terjadi di Bantul beberapa tahun silam.. Mereka menengok tersenyum. Betapa indah senyum mereka. Senyum yang menghiasi foto mereka ketika berpose untuk ucapan terimakasih pada orang tua asuh mereka, rekan-rekan kami yang menyisihkan pendapatan bulanan mereka untuk peralatan dan seragam sekolah mereka.

Tujuan kami datang ke desa Imogiri Bantul adalah untuk membagikan seragam sekolah dan penyuluhan tentang kanker anak yang bukan hanya untuk pengetahuan  mereka, tapi juga untuk guru dan orang tua mereka.

Kami masuk dalam pelataran sekolah SD Imogiri, disambut lari-lari kecil mereka. Ibu Sujiyem Kepala Sekolah mereka menyambut kami dan mempersilahkan kami melihat persiapan mereka. Persiapan yang mereka lakukan atas rasa syukur dibantunya sekolah oleh perusahaan tempat kami bekerja.


Beberapa alat peraga mengajar dan hasil prakarya anak-anak dipamerkan dan.....semuanya berawal dari sini.. Ibu Sujiyem memperlihatkan peralatan membatik di sekolah ini. Batik  yang untuk penulis selalu membawa efek menentramkan. Tentram saja...dan saat itu tidak berpikir panjang sampai melihat kenang-kenangan yang tak nyana adalah karya batik anak-anak murid SD Kedungmiri, Imogiri-Bantul. Dua batik pajangan dinding yang sekarang bertengger gagah menghiasi kantor dimana penulis bekerja. 


Indahnya batik ini melahirkan mimpi kami untuk membantu mereka mengembangkan karya mereka, mengenalkan potensi batik yang bisa dijadikan nadi perekonomian desa mereka kelak, selain bertani dan berkebun. Mimpi kami memang masih panjang jalannya tapi tak pernah kami lupakan.. Selalu terbuka pintu-pintu lain ketika pintu utama mimpi kami tertutup debu sulit ditembus. 
Tak pernah disangka kejutan dari salah satu rekan penulis, dari hasil usaha Baby n Me, yang disisihkannya kemudian oleh @batikIDku diwujudkan dalam bingkisan kecil berisi 60 canting yang terdiri dari 3 jenis canting yang paling sering digunakan dalam membatik, 16 set kompor dan wajan untuk melelehkan malam, 10 kg malam dan 30 meter kain Mori. Kami sebut bingkisan kecil dari hati kecil yang mulia untuk Estafet Canting Menembus Waktu. 

Bingkisan ini disambut dengan sumringah oleh Ibu Sujiyem ketika tanggal 16 Juli 2011 lalu diserahkan oleh rekan kami Ita Sembiring, novelis yang merilis novelnya berjudul Impal  baru-baru ini. Ita Sembiring merupakan penanggung jawab bidang CSR dari perusahaan tempat penulis bekerja.
@batikIDku yakin bingkisan kecil ini bisa digunakan oleh murid-murid SD ini untuk mengembangkan bakat mereka yang berarti ikut dalam Estafet Canting Menembus Waktu..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengumuman Finalis Lomba Desain Batik HUT RI ke-66

Gebrakan Generasi ke-3 Oey Soe Tjoen

Sepotong Cerita Indonesia