Batik di China

(seperti dipaparkan pada Pameran Love, Hope and Peace
Gedung Merdeka, Bandung 1-31 Mei, 2011)

China memiliki sejarah yang panjang tentang pembuatan batik dimulai dari abad ke-6  sampai ditemukan  batik yang dikerjakan oleh suku etnik Provinsi Guizhou di Barat Daya China. Suku Miao, Bouyei dan Geija menggunakan metode pencelupan yang berbeda dengan suku etnik .

Ada juga beberapa metode yang berbeda di suku minoritas Miao. Suku Miao menekankan kekhasan batik pada kostum mereka, yang terbuat dari kain hias yang  mereka buat dengan pola tenun dan malam pelindung. Hampir seluruh suku Miao, menghias pergelangan baju dan kain katun (bukan sutra) dengan malam panas yang kemudian dicelupkan ke dalam pewarna berwarna nila. Kain tersebut untuk rok, hiasan pada jaket, celemek dan gendongan bayi.

Warna nila banyak digunakan sebagai warna dasar kain di seluruh Guizhou untuk menghasilkan warna biru gelap. Perekat dibuat dari hasil tanaman yang telah direndam dalam tong kayu.

Kain dengan lilin/malam pelindung merupakan salah satu bentuk awal dekorasi di Guizhou  dimana semua bahan merupakan buatan tangan. Malam lebah menjadi bahan utama pembuatan batik, namun damar dan malam juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan. Malam pelindung tidak pernah menghasilkan retakan, hal ini bertujuan untuk menghasilkan gambar yang jelas dan malam lebah merupakan bahan yang tahan lama dan fleksibel. Malam sering dipanaskan dalam pot kecil yang disimpan di atas bara api.

Pertama kali ditempelkan pada kain, malam akan berwarna hitam. Tapi di akhir proses malam akan dihilangkan dari kain. Kain kemudian dikeringkan dalam air dingin dan dikeringkan. Malam lebah masih dapat digunakan kembali.

Alat yang biasa dipakai untuk menempelkan malam terbuat dari kuningan dengan pegangan dari bambu. Alat tersebut dibuat dari dua logam segitiga kecil yang sumbunya diikat pada pegangan bambu dengan kawat tembaga. Alat tersebut dipegang seperti memegang pena secara tegak maupun miring di atas kain yang diletakan mendatar pada sebuah papan. Alat ini cocok digunakan untuk menggambar garis lurus atau lengkungan.

Gadis-gadis Suku Miao, Gejia dan Bouyei sangat terampil dalam membuat batik. Mereka membuatnya dengan sangat halus, bentuk lingkaran dan spiral ganda yang menggambarkan tanduk kerbau air, simbol kehidupan dan kematian nenek moyang. Para gadis mulai membuat batik pada umur 6 dan 8 tahun.  Hasil terbaiknya dapat dilihat pada gendongan bayi, lengan kemeja, dan rok. Desain yang lebih tradisional adalah bentuk geometri, dimana malam membentuk garis biru halus pada dasar berwarna putih. Dengan pengaruh bangsa Han yang lebih figurative seperti bunga, burung dan ikan telah diperkenalkan selama berabad-abad.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengumuman Finalis Lomba Desain Batik HUT RI ke-66

Gebrakan Generasi ke-3 Oey Soe Tjoen

Sepotong Cerita Indonesia