Go Tik Swan, Maestro Batik Indonesia


Go Tik Swan (Panembahan Hardjonagoro)

Motif Terang Bulan - Kumudawati
Go Tik Swan adalah  tokoh penentu dalam evolusi batik. Kain batik Jawa digubahnya dengan kombinasi corak daerah lain nusantara menjadi  batik yang berkarakter  dengan tetap mempertahankan pakem-pakem corak batik tradisional yang diberikan sentuhan ajaibnya hingga dapat dikatakan mewakili corak Batik Indonesia. Go Tik Swan dapat dengan sangat baik mengemban permintaan mulia Presiden Soekarno saat itu untuk membuat batik berciri khas Indonesia, “Djon, kamu kan berasal dari keluarga batik. Tolong buatkan kain batik yang tidak beridentitas lokal seperti batik Yogya atau Solo atau Pekalongan atau Lasem, tetapi batik Indonesia”

Go Tik Swan lahir pada 11 Mei 1931 dari keluarga yang sudah menekuni usaha pembatikan di Solo. Dibesarkan dengan tradisi Jawa yang kental, Mas Go, begitu sapaan akrabnya, mendapat pengaruh dari kakeknya, seorang pengusaha batik di Solo. Bermain bersama para pekerja batik yang kental seni tradisional Jawa-nya bahkan ketika mereka bekerja sambil melantunkan lagu-lagu dan puisi Jawa dalam kepulan dan aroma malam yang digunakan untuk membatik. Belajar aksara Jawa untuk menghitung hutang, menonton wayangan dan tari-tari Jawa membulatkan niatnya untuk lebih mempelajari Sastra Jawa di Universitas Indonesia.

Ibu Soed, Sang tokoh pencipta lagu Indonesia merupakan sumber inspirasi Go Tik Swan dalam proses evolusi batik Indonesia. Warna cemerlang: pink, fuchsia, kuning tua, hitam pekat dan biru aqua masuk dalam motif batik keraton berkat inspirasi Ibu Soed.  Motif Cirebonan bisa dipadu dengan warna modern tapi rumusan motif pengisi (isen-isen) khas Surakarta tetap dipertahankan. Motif Parang diperbesar melebihi format lazimnya. Warna-warna berani pada motif Lasem dipadukan dengan warna soga yang khas pada batik Yogya dan Solo.

Desain dan gubahan Go Tik Swan banyak diminati kaum perempuan elit Jakarta. Desainnya juga diminati Gusti Putri Mangkunegoro VII (Kraton Solo) yang selera busananya berkiblat pada trend busana Jakarta. Pengaruhnya membuat batik mencapai masa jaya di tahun 1960-1970, bahkan Presiden Soekarno berjanji akan membeli apa saja yang akan dibuat Go Tik Swan, hanya dalam sekali pandang pada karya Go Tik Swan pada pameran di tahun 1953. Menurut Iwan Tirta, daya cipta Go Tik Swan berdampak sama seperti sensasi karya Yves Saint Laurent di Paris tahun 1970 yang dengan sukses mengadaptasi pakaian petani Rusia menjadi gaun pesta yang anggun mempesona.

Batik Sawunggaling
Go Tik Swan diberi tanggung jawab menyelenggarakan semua pameran dan peragaan batik untuk tamu-tamu negara termasuk mendesain batik untuk cindramata tamu Negara. Atas kemashurannya, Go Tik Swan dianugerahi oleh Keraton Solo nama kehormatan  Hardjonagoro dengan gelar kebangsawanan Kanjeng Raden Tumenggung. Kemudian berikutnya di abad 21 kiprah dan sumbangsihnya kembali mendapatkan penghargaan dari Keraton Solo dengan gelar Kanjeng Panembahan Hardjonagoro . Beliau wafat di tahun 2008.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gebrakan Generasi ke-3 Oey Soe Tjoen

Sepotong Cerita Indonesia

Pengumuman Finalis Lomba Desain Batik HUT RI ke-66